Pandai + Fakir = Qona’ah
          Pandai + Kekuasaan = Keadilan
          Pernyataan tersebut adalah sebuah  Mafhum Mukholafah dari pernyataan sebelumnya tentang kebodohan yang disertai kefakiran, kekayaan, kekuasaan dan kebebasan. Tidak jauh bebrbeda pengertian dari sebelumnya, bahwa pandai di sini bukan berarti orang yang mempunyai IQ tinggi atau cerdas otaknya. Namun kepandaian yang dimaksud adalah mengetahui serta memahami syariat dalam islam yang hakikatnya telah  mengatur berbagai bidang kehidupan.
          Sebagai contoh adalah adanya shahabat uwais al-Qarniy yang bukan termasuk orang yang kaya namun dirinya sangat masyhur kealimannya.Serta yang telah kita ketahui bersama ketabahan Nabi Ayyub A.S dalam menghadapi ujian berat dari Allah SWT berupa kemiskinan serta penyakit kulit dan penderitaan lainnya. Namun di sisi lain ada juga yang kaya raya sekaligus menjadi seorang raja dan baik hati, yakni Nabi Sulaiman A.S. Atau dalam masa sahabat yakni Abdurrahman bin Auf yang Alim serta kaya raya dan termasuk kedalam 10 golongan yang mendapat jaminan syurga. Semua itu dapat terjadi memang karena pertolongan dari Allah SWT, namun ingat bahwa “Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum ia mau mengubahnya sendiri”.
          Beliau semua adalalah orang yang tentu saja mendalami dan memahami aturan-aturan baik dalam beribadah maupun bermuamalah sesuai yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Atau dengan kata lain mereka semua adalah orang-orang yang pandai dalam memahami ketentuan dari Allah SWT.
          Qona’ah
          Qana’ah adalah menerima apa yang ada atau menerima cukup semua pemberian Allah. Jadi orang yang bersifat qana’ah berarti selalu menerima pemberian Allah SWT dengan tangan terbuka dan senang hati, tidak menggerutu atau mengeluh meskipun pemberian itu tidak sesuai dengan jerih payah yang telah dilakukan.Karena pada dasanya semua itu adalah ujian dan cobaan dari Allah SWT untuk hambanya, sesuai yang dituturkan dalam Alqur’an surat Al-Baqarah ayat 155 yang berbunyi :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Artinya : “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Baqarah ayat 155)
Sifat Qona’ah sebenarnya bukan hanya mengandung makna sekedar menerima, namun lebih dari itu ia juga mengandung tuntutan lima hal, yakni:
1.     Menerima dengan rela apa yang ada.
2.     Memohon kepada Allah tambahan yang pantas dan berusaha.
3.     Menerima dengan sabar akan ketentuan Allah.
4.     Bertawakkal kepada Allah.
5.     Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.
Orang yang mempunyai sifat qana’ah telah memagar hartanya sekedar apa yang dalam tangannya dan tidak menjalar pikirannya kepada yang lain. Sebenarnya apa yang ada sama kita, yang kita miliki, yang kita terima setiap hari itu sudah menjadi ketentuan Allah. Kaya dan miskin, bahagia dan susah sehat dan sakit, dan semua yang terjadi pada diri kita atau yang kita alami setiap hari merupakan ketentuan dari Allah. Allah telah memilihkan kepada kita apa yang pantas, yang cocok dan sesuai sehingga kita harus menerimanya dengan rasa puas dan percaya bahwa semua itu pasti ada hikmah dan faedahnya.
Agar bisa memiliki sifat qana’ah, maka orang hendaknya melihat kepada yang lebih rendah daripadanya dalam masalah dunia.Tetapi dalam masalah akhlak dan ketaatan kepada Allah SWT, hendaknya dia mau melihat kepada orang yang lebih berbudi dan lebih taat daripadanya.
Sedangkan fungsi qana’ah bertujuan keselamatan jika Allah mencintai seorang hamba dan menginginkan kebaikannya, maka ia akan mengilhamkan ketaatan kepadanya menanamkan sifat qana’ah. Jika Allah menghendaki keburukan seorang hamba, dia menjadikan seorang yang mencintai kepada harta, panjang angan-angannya ikut dalam kerusakan dan zalim pada sesama hambanya.
Siapa yang merasa puas dengan yang sedikit, ia tidak membutuhkan banyak makhluk, siapa yang ridha terhadap yang ditakdirkan, dia akan merasa puas terhadap yang dimudahkan jika kamu mencari Tuhanmu, maka carilah dengan ketaatan. Jika kamu menginginkan kekayaan maka pegang teguhlah sifat qana’ah. Barang siapa yang taat kepada Allah pasti menolongnya, barang siapa yang senantiasa qana’ah akan hilang kefakirannya.


“Siapa yang merasa puas dengan yang sedikit, ia tidak membutuhkan banyak makhluk, siapa yang ridha terhadap yang ditakdirkan, dia akan merasa puas terhadap yang dimudahkan jika kamu mencari Tuhanmu, maka carilah dengan ketaatan.”
Copyright@POJOKYAPIKA
( KH Ali Mu'in Amnur Lc M.Pd.I )


Wallahu a’alam bisshowab